Sosok yang menekuni digital forensik makin dibutuhkan seiring kian tingginya kejahatan cyber. Sayangnya, profesi ini belum diminati padahal penghasilannya bisa mencapai miliaran!
Menurut Kasubbid Komputer Forensik Puslabfor Mabes Polri AKBP M Nuh Al-Azhar jumlah pekerja digital forensik masih sangat sedikit. Padahal jumlah kasus kejahatan cyber terus meningkat. Dikatakan Nuh, profesi digital forensik sejatinya cukup menjanjikan. Penghasilan yang didapat pun tergolong tidak sedikit.
"Di London, penghasilan seorang digital forensik bisa mencapai 1-2 miliar tiap bulannya. Saya pun sempat tergoda untuk pindah ke London, tapi saya lebih memilih untuk mengabdi di Indonesia," ungkap Nuh saat berbincang usai acara Kick Off Pembentukan Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) di kantor Kominfo.
Nuh menduga banyak yang tidak tertarik karena mengira harus berurusan dengan mayat dan harus berhubungan dengan pihak pengadilan. "Digital forensik hanya menyelidiki alat bukti digital dan bukan mayat korban kejahatan," kata Nuh.
Hal yang sama diungkapkan oleh ahli digital forensik, Ruby Alamsyah. Menurutnya, banyak praktisi TI belum tertarik dan tergiur terjun ke dunia digital forensik. "Padahal sangat menjanjikan, itu kenapa saya menjalanin," ujarnya.
Ruby mengatakan dirinya pernah melakukan riset soal profesi di Indonesia. Menurutnya profesi yang mendapat bayaran mahal di Indonesia adalah mereka yang berkecimpung dalam bidang hukum.
"Kenapa di bidang hukum dibayar mahal karena berhubungan dengan perkara dan kemerdekaan seseorang," ujarnya.
Dilanjutkannya, untuk menjadi seorang digital forensik sejatinya tidak sulit. Tapi memang perlu waktu tidak sebentar. Kata Ruby banyak yang salah kaprah mengatakan untuk menjadi digital forensik, orang TI cukup belajar 2-4 minggu. Menurutnya orang yang akan terjun sebagai digital forensik tidak serta merta mempelajari ilmunya.
"Satu bulan itu baru belajar bagaimana cara pengoperasian software dan hardware," kata bos PT Digital Forensik Indonesia ini.
Lebih lanjut Ruby mengatakan bila seorang ingin terjun ke dunia digital forensik memang sebaiknya memiliki ilmu TI secara umum dan menyeluruh. Karena hal tersebut penting untuk membantu analisa nantinya.
Diakuinya saat ini banyak penegak hukum dan SDM yang terjun ke digital forensik tidak punya latar belakang TI. Akhirnya mereka terbata-bata sehingga kerap mentok saat menganalisa bukti.
"Jika memahami TI, tentu membedah bukti digital akan berbeda. Ini akan memudahkan dalam menggali informasi di dalamnya serta menganalisanya," ujarnya.
Ruby pun berharap dengan adanya Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI), dapat makin mensosialisasikan pentingnya digital forensik sehingga makin menumbuhkan minat orang untuk menyelami
Dilarang berkomentar kotor,promo link selain link blog
EmoticonEmoticon